|
Mulai
dari jaman Bahari di mana di Bali masih keadaan
guncang maka Bhatara Pasupati memerintahkan
putranya 3 orang untuk mengukuhkan Bali. Ketiga
putra ini yang nantinya menurunkan para Brahmana
dan para Mpu di Jawa dan Bali.
Diceriterakan di Majapahit diperintah oleh
Sri Aji Majalangu dengan Maha patih Yang terkenal
Kryan Gajah Mada. Pada suatu ketika Sang Prabu
Majapahit didatangi oleh para Mpu untuk memohon
Raja di Bali. Hal ini diterima dan dipikirkan
agar kelak Bali menjadi kerajaan yang kuat dan
berwibawa. Setelah itu Kryan Gajah Mada mengusulkan
kepada Sri Aji Majalangu untuk diangkatnya putra-putra
dari Mpu Kepakisan karena dipandang cocok dan
penuh bijaksana. Hal ini diterima, lalu diangkatnya
yang tertua di Blangbangan, yang kedua di Pasuruhan
dan yang
wanita di Sumbawa serta yang bungsu
di Gelgel. Putra yang bungsu bernama Sri Aji
Kresna Kepakisan pergi ke Gelgel/ Samprangan
dengan diiringkan oleh para Arya seperti Arya
Kanuruhan, Arya Wang Bang, Arya Kenceng, Arya
Dalancang, Arya Tan Wikan, Arya Kuta Waringin
yang nantinya menurunkan para Ksatria di Bali.
Dan juga tidak ketinggalan para Wesya seperti
Tan Kawur, Tan Kober, Tan Mundur yang selalu
setia kepada Dalem Gelgel sehingga mendapat
kepercayaan. Setelah beberapa hari kemudian
datang juga Arya Gajah Para dan bertempat di
Tianyar. Memang sebelumnya di Bali telah dihuni
oleh para Brahmana dan keturunan Ksatria dari
Jawa. Sri Aji Kresna Kepakisan sangat bijaksana,
semua para ksatria diberikan sawah dan wilayah
serta dituntut untuk tetap bakti kepada Dalem.
Lambat-laun Kiyai Pasek Agung Gelgel mengembang
banyak yang mana telah berjanji/ bersumpah mengabdikan
dirinya serta menjadi kaki tangan Dalem, maka
diberikan tugas mengatur Bale Agung di pelosok
desa di Bali.
Diceritakan De Gurun Pasek Gelgel mempunyai
2 orang anak yang bernama De Gurun Pasek Gelgel
yang memerintah dan mengatur Bale Agung di desa
Gelgel, dan adiknya De Pasek Togog mengatur
di. Besakih dan bermukim di Muntig, kemudian
De Gurun Pasek Gelgel mempunyai putra I Dukuh
Ambengan, I Dukuh Subudi dan yang bungsu I Dukuh
Bunga. Ada pun De Dukuh Ambengan menurunkan
Ki Dukuh Prawangsa.
Lagi anak I Gusti Pasek Agung Gelgel yang lahir
dari I Luh Tangkas Koriagung mempunyai 4(empat)
orang laki-laki seperti I Tangkas Koriagung,
I Nyoman Pasek Tangkas, I Bandesa Tangkas dan
I Pasek Bandesa Tangkas Koriagung. Ada pun turunan
I Pasek Agung Gelgel yang menjadi penghulu Bale
Agung di desa-desa adalah I Pasek Budaga, De
Pasek Sangkan Bhuwana, De Pasek Mandwang, De
Pasek Aan, De Pasek Akah, De Pasek Gobleg, De
Pasek Bebetin, dan De Pasek Depaa. Semua Pasek-
Pasek ini menurunkan keturunan yang menyebar
ke desa-desa seperti De Pasek Akah menurunkan
3 orang putra dan De Pasek Gelgel menurunkan
De Pasek Muntig, De Pasek Babi, De Pasek Tista,
De Pasek Denpasar, De Pasek Watudawa, De Pasek
Tulamben, De Pasek Marga, dan De Pasek Kekeran.
Tetapi De Pasek Toh Jiwa dan keturunannya menjaga
bumi Tohjiwa.
Kini turunan Kyayi Pasek Subadra dipindahkan
dari Gelgel dan diserahi tugas menyelenggarakan
upacara di Silayukti. Dan De Pasek Dukuh Suladri
menjadi pemangku di Pura Dalem di Suladri dan
dari sana lah menyebar keturunannya.
Dan De Pasek Kusamba, De Pasek Baleagung Bangli
dan saudara-saudaranya yang menurunkan keturunan
Kiyai Pasek Agung Padang Subadra. Dan juga turunan-turunan
De Pasek Tatar. Dengan demikian banyak keturunan
Pasek di Bali yang memerintah dan memegang Kapasekan
di Baleagung di seluruh Bali. |
|
Diceriterakan
kisah ekspedisinya Danghyang Nirartha dari Blangbangan
ke Bali menuju Gelgel dan mendirikan ajaran
agama serta parhyangan-parhyangan seperti Pura
Pulaki.
Banyak para Brahmana yang datang ke Bali yang
memang dari leluhurnya bersaudara seperti Danghyang
Sidhimantra yang berputra Manik Angkeran yang
selanjutnya menurunkan keturunan Brahmana di
Bali.
Dengan pemerintahan Dalem Di Made di Gelgel,
maka De Bandesa Pasek Tangkas diperintahkannya
untuk menjadi Bandesa di seluruh desa-desa,
Baleagung di Bali serta di berikan imbalan tanah
(pelabaan desa). Mulai kini lah dibagikan wilayahnya
Kapasekan kepada Pasek seperti di sebelah utara
Gelgel Gunung Agung diberikan kepada De Pasek
Tohjiwa dan duduk di Tulamben. Keempat putra
dari De Pasek Padang Subadra di Banjar Carukcuk,
I Wayan Gaduh di Banjar Batugiling. I Gede Tangkas
Jaya di Banjar Sibetan, De Wayan Gelgel di Banjar
Caniga sebelah Barat Laut Baleagung. De Pasek
Kubakal di Banjar Dalundungan, De Wayan Kadangkan
di Banjar Desa, De Pasek Tatar di Banjar Peken.
Tetapi De Pasek Prateka melakukan tapa bratayoga
samadi di Gunung Gamongan, serta Pasek Dukuh
Belatung di desa Belatung sebagai tegal pegagaan.
Pada babad ini juga diceriterakan dan dipaparkan
pemerintahan Dalem dengan para patih, Manca,
Brahmana serta keturunannya sampai hancur dan
runtuhnya Dalem. Di samping itu juga perselisihan
di antara putra Dalem, para Ksatria, dan juga
kepercayaan terhadap Brahmana dan pendeta yang
semakin merosot.
|
|
Nama/ Judul Babad :
|
Babad Pasek |
Nomor/ kode :
|
Va. 963/6 Gedong Kirtya, Singaraja. |
Koleksi :
|
Nang Bintit, Tegal Jadi (Marga). |
Alamat :
|
Tegal Jadi, Marga, Tabanan.
|
Bahasa :
|
Jawa Kuna. |
Huruf :
|
Bali |
Jumlah halaman :
|
137 halaman, 4 baris, panjang
50 cm, lebar 4 cm, |
Ditulis oleh :
|
I Gede Subrata. |
Colophon/ Tahun :
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar