Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Resi "Pasek Dukuh Bunga Asahduren": 2013

Selasa, 19 November 2013

Sang Catur Sanak dari Panca Tirtha kembali ke Bali

Dari peristiwa peristiwa yang telah dikemukakan pada babad terdahulu, dapat disimpulkan, betapa eratnya hubungan pulau jawa khususnya Jawa Timur dengan Pulau Bali, terutama dalam hal spiritual. Ditambah lagi dengan berkuasanya Ratu Kediri atas Pulau Bali seperti tercantum pada prasasti Desa Julah, yang disimpan di Desa Sembiran, kecamatan Tejakula (buleleng) bertahun saka 905. Dalam prasasti itu ada memuat nama seorang ratu Yakni Wijaya Mahadewi. Dihubungkan dengan prasasti yang mempergunakan tahun saka 859, di dalamnya dijumpai sebuah kalimat.
Ikatan tali kasih antara Bali dan Jawa Timur bertambah erat, dengan dilangsungkannya perkawinan agung antara sri Udayana (dharmmodayana) Warmadewa dari Bali dengan sri Mahendratta, adik perempuan Raja Daha di Jawa Timur . Sri Mahendratta adalah cicit dari sri maharaja Paradewasikan Kamaswara Dharmmawangsa, raja di Jawa Timur pada tahun saka 851. Sesudah berakhir masa jabatannya sebagai raja, beliau menjalani dharma kebrahmanan dengan melalui suatu upacara pudgala yaitu Dwijati atau diksa bergelar Mpu Sendok.
Sang Sapta Pandita atau Sang Sapta Rsi Putra dari Mpu Gnijani, sudah samasama kawin dan berumah tangga dijawa, kemudian masing-masing memiliki keturunan.

  1. Mpu Ketek mempersunting putri Ki Aryya Padang Subadra, berputra dua orang lakilaki. Yang sulung bernama Aryya Kapasekan, dan adiknya bernama Sang Hyang Pamacekan.

Lahirnya Sang Panca Tirta Bhatara Kawitan

Alkisah Empu Withadarma alias Sri Mahadewa melakukan yoga samadi dengan teguh dan dIsiplin. Dari Kekuatan panca bayu nya lahirlah dua orang anak laki-laki, diantaranya

  • Mpu Bhajrashattwa alias Mpu Wiradharma , dan
  • Mpu Dwijendra alias Mpu Rajakretha.

Mpu Dwijendra kemudian melakukan yoga samadi. Berkat yoga samadinya itu, lahirlah dua orang anak laki-laki;

  • Gagakaking alias Bukbuksah , dan
  • Brahma Wisesa.

Minggu, 17 November 2013

Pelinggih Meru Tumpang 2 dan 3

1. Meru tumpang 3, menurut Lontar Tutur Kuturan adalah bentuk meru yang pertama kali dikenalkan oleh Ida Bhatara Mpu Kuturan di Bali, sekitar abad ke-11.
Bangunan itu adalah simbol ‘Ongkara’ karena simbol Ongkara sebagai Sanghyang Widhi mempunyai kemahakuasaan:
  • Sebagai angka 3 (dalam aksara Bali), di mana 3 adalah: uttpti (kelahiran), stiti (kehidupan), dan pralina (kematian/ akhir)
  • Ditambahkan: ardha candra (simbol bulan = satyam), windhu (simbol matahari = rajas), dan nada (simbol bintang = tamas)
  • Digunakan untuk memuja Sanghyang Widhi.

Jumat, 15 November 2013

Ratu Pasek Antara Dipuja dan Dihindari

Siapa yang dipuja atau distanakan pada suatu pelinggih atau parahyangan, tidak ada yang tahu secara pasti karena ini sangat erat kaitannya dengan keyakinan pemujanya. Namun setidak-tidaknya awal keberadaan suatu bangunan pelinggih tentu ada maksud dari yang membuat yang bisa merupakan tempat pemujaan Hyang Widhi, Bhatara Kawitan, atau orang suci yang telah berjasa pada jamannya.

Jika kita hadir ke Pura Dasar Bhuwana Gelgel, Klungkung, maka jika kita masuk ke utama mandala, maka setelah melewati gerbang dan belok kekiri, kita akan menjumpai pelinggih berupa Meru Tumpang Tiga yang merupakan tempat pemujaan Ratu Pasek. Juga jika kita hadir ke Pura Besakih dikomplek Parahyangan Leluhur, maka tepatnya di Pura Catur Lawa kita juga akan menjumpai pelinggih berupa Meru Tumpang Pitu yang juga tempat memuja Ratu Pasek.

Lalu siapa Ratu Pasek ini?

PERUBAHAN PARADIGMA UMAT TENTANG SULINGGIH

Kita mulai saja pada era kedatangan “Panca Tirta” ke Bali atas permintaan Raja Udayana Warmadewa / Gunaprya Darmapatni. Panca Tirta (Mpu Gnijaya, Mpu Semeru, Mpu Ghana, Mpu Kuturan,Mpu Bharada) kecuali Mpu Bharada datang ke Bali pada abad XI untuk membantu pemerintahan Raja Bali waktu itu karena masyarakat Bali yang menganut Sad Paksa (Enam Sekte) yang selalu menimbulkan pertentangan dimasyarakat. Atas peran Catur Sanak ini terutama Mpu Kuturan dengan Kemulan Rong Tiganya, maka Bali aman. Catur Sanak berparhyangan di Lempuyang Madya (Mpu Gnijaya), Besakih (Mpu Semeru), Gelgel (Mpu Ghana), dan Silayukti (Mpu Kuturan).

Kalau kita fokus ke ”Besakih”, maka waktu itu Pujawali dipimpin oleh Mpu Semeru dan Parhyangan beliau sekarang di Besakih dikenal dengan Pura Caturlawa. Pada generasi berikutnya Pujawali di Besakih dipimpin oleh Sang Sapta Pandita (Leluhur Pasek) yang merupakan putra dari Mpu Gnijaya. Walaupun Sapta Pandita ini tinggal di Jawa (Kuntuliku Desa/ diperkirakan sekitar Malang), tetapi beliu tidak lupa ke Bali

Daftar Nama Pandita Mpu/Dukuh & Alamat Griya Kabupaten Jembrana

NONAMAALAMATKET
1Ida Pandita Mpu Reka Dharma SantiGriya Giri Kusuma, Dangin Tukad Aya, Jembrana.Pediksan : 26 November 1996
2Ida Pandita Mpu Wiwekanandha TanayaGriya Wana Kerta Wangi Br. Juwuk Manis Pakutatan Pediksan : 20 November 1996
3Ida Pandita Mpu Dharma Eka SanthiGriya Agung Tuwed 15-10-1985
4Ida Pandita Mpu Pastika Reka Dharma SandhiGriya Pasek, Br. Dauh Ds. Tuwed Melaya JembaranaAlmarhum
5Ida Pandita Mpu SatwikaGriya Pasek. Br. Dauh Peken, Ds. Pergung, Mendoyo JembranaAlmarhum
6Ida Pandita Mpu Reka Dharma SandiGriya Kertha Sari, Lelateng Baluk, Negara. Telp. 0365-410371/42478Pediksan : 4 Juni 2003
7Ida Pandita Mpu Bhaskara Murti BirudhaksaGriya Madusudana, Br. Baler Baleagung, NegaraPediksan : 6 Nopember 2002
8Ida Pandita Mpu Sadwika Adnyana Sunu.Griya Pasek, Br. Dauh Peken, Pergung Mendoyo, Negara

9Ida Pandita Mpu Istri Reka Dharma SantiyasaGriya Pasek Taman Jati, Baluk Negara. Telp. 0365-42702

10Ida Pandita Mpu Rastra Guna WibawaGriya Amrtha Kusuma, kaliakah NegaraPediksan : 31 Desember 2003
11Ida Pandita Mpu  Samyoga TanayaGriya Kasturi Agung, Jl. Plawa Gg. III/3 Negara, Tlp. 0365-41951Pediksan : 10 Oktober 2003
12Ida Sri Bhagwan Angga Jaya B.DGriya Satria Taman Anyar, Penyaringan, Mendoyo, Negara

13Ida Pandita Mpu Dharmahita Dhaksa Mertha YogaGriya  Agung, Desa Penyaringan, Mendoyo

14Ida Pandita Mpu Dharmika Sandhi Kertha YogaGriya  Temukuaya  Sari, Baler Bale Agung, Negara

15Ida Pandita Mpu Jaya Danka DharmarekaGriya Giri Tegal Wangi. Tegalbadeng Timur, Negara

16Ida Pandita Mpu Jaya Reka KusumaGriya Giri Alas Arum, Ds. Kaliakah, Negara

17Ida Pandita Mpu Prabu Dharma PratekaGriya Taman Sari Kahuripan, Baler Bale Agung, Negara

18Ida Pandita Mpu Siwa Muni Bhaskara BirudhaksaGriya Sakti Madu Kesawa,  Desa Pergung Mendoyo, Negara.









































































Jumat, 11 Oktober 2013

Sejarah Agama Hindu




PENGANTAR
Agama Hindu adalah agama yang mempunyai usia terpanjang merupakan agama yang pertama dikenal oleh manusia. Dalam uraian ini akan dijelaskan kapan dan dimana agama itu diwahyukan dan uraian singkat tentang proses perkembangannya. Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks dibidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya. Karena luas dan terlalu mendetailnya jangkauan pemaparan dari agama Hindu, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami.
Banyak para ahli dibidang agama dan ilmu lainnya yang telah mendalami tentang agama Hindu sehingga muncul bermacam- macam penafsiran dan analisa terhadap agama Hindu. Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para ahli untuk menetapkan kapan agama Hindu itu diwahyukan, demikian juga mengenai metode dan misi penyebarannya belum banyak dimengerti.
Penampilan agama Hindu yang memberikan kebebasan cukup tinggi dalam melaksanakan upacaranya mengakibatkan banyak para ahli yang menuliskan tentang agama ini tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ada dalam agama Hindu.

Pura Melanting Pulaki



Dalam perjalanan berat Peranda Sakti Wawu Rauh di bumi Bali, istri beliau, Danghyang Biyang Ketut atau disebut juga Danghyang Biyang Patni Keniten dari Belambangan, yang kelelahan seakan tak kuasa lagi mengangkat kakinya. Beliau dalam keadaan hamil tua, seluruh persendian kakinya membengkak dan ngilu dan nyeri. Padahal perjalanan masih sangat jauh.
Malang benar, Peranda Suci Nirarta yang bijak itu sempat terbimbang sesaat hatinya, ingin direlakannya mengorbankan waktu menemani, tetapi mengingat pentingnya perjalanan dilanjutkan menuju ke timur secepatnya, maka diputuskanlah untuk meninggalkan belahan jiwanya sementara di tempat itu, ditemani salah satu putrinya, Dyah Ayu Swabawa. Putra-putrinya yang lain diajaknya serta karena mereka masih cukup kuat berjalan. Kelak sesampainya perjalan Danghyang di tujuan, akan diutusnya pengikutnya menjemput mereka.

Jumat, 08 Maret 2013

KIDUNG MANUSA YADNYA (PERKAWINAN)

Kawitan Tantri - Pendahuluan. 

  1. Wuwusan Bhupati. Ring Patali nagantun.
    Subaga wirya siniwi. Kajrihin sang para ratu.
    Salwaning jambu warsadi. Prasama hatur kembang tahon.

  2. Tuhu tan keneng api. Pratapa sang prabu Kesyani ruktyeng sadnyari.
    Sawyakti Hyang Hari Wisnu. Nitya ngde ulaping ari.
    Sri dhara patra sang katong.

  3. Wetning raja wibawa, mas manik penuh.
    Makinda yutan ring bahudanda. Sri Narendra, Sri Singapati,
    Ujaring Empu Bhagawanta. Ridenira panca-nana.
    Bratang penacasyan.
    Hatur Hyang Dharma nurageng bhuh.

  4. Kadi kreta yuga swapurneng nagantun Kakwehan sang yati.
    Sampun saman jayendrya. Weda Tatwa wit. Katinen de Sri Narendra.
    Nityasa ngruci tutur. Tan kasareng. wiku apunggung wyara brantadnya ajugul.
Demung Sawit (bawak, dawa) 

  1. Tuhu atut bhiseka Nrapati. Sri Eswaryadala.
    Dala kusuma patra nglung,
    Eswarya raja laksmi.
    Sang kulahamenuhi rajya.
    Kwening bala diwarga.
    Mukya sira.
    Kryana patih Sangniti Bandeswarya patrarum.

  2. Nityasa angulih- ulih amrih sutrepting nagara,
    lan sang paradimantriya.
    Tuhu widagda ngelus bhumi.
    Susandi tinut rasaning aji,
    Kutara manawa.
    Mwang sastra sarodrsti.
    Matangyan tan hanang baya kewuh.

  3. Pirang warsa Sri Nrapati Swaryadala.
    Tusta ngering sana.
    Kaladiwara hayu.
    Sri narapati.
    Lagya gugulingan ring taman.
    Ring yaca ngurddha angunggul.
    Yayamireng tawang.
    Tinum pyata tinukir.
    Kamala kinanda-kada.
    Langu inipacareng santun.

  4. Mangamyat kalangenikang nagara.
    Tisoba awiyar.
    Indra bhuwana nurun,
    Kweh tang pakwana titip.
    Pada kabhi nawa.
    Dening sarwendah linuhung.
    Liwar sukanikang wong.
    Anamtami kapti.
    Arumpuka sari sama angrangsuk bhusana aneka marum.

KIDUNG DEWA YADNYA

Kawitan Warga Sari - Pendahuluan sembahyang

  1. Purwakaning angripta rumning wana ukir.
    Kahadang labuh. Kartika penedenging sari.
    Angayon tangguli ketur. Angringring jangga mure.

  2. Sukania harja winangun winarne sari.
    Rumrumning puspa priyaka, ingoling tangi.
    Sampun ing riris sumar. Umungguing srengganing rejeng
Pangayat - Menghaturkan sajen
Kidung Warga Sari 


  1. Ida Ratu saking luhur. Kawula nunas lugrane.
    Mangda sampun titiang tanwruh. Mengayat Bhatara mangkin.
    Titiang ngaturang pajati. Canang suci lan daksina.
    Sami sampun puput. Pratingkahing saji.

KIDUNG PITRA YADNYA

1. Nedunang layon pacang nyiramang
    Menurunkan Jenazah untuk dimandikan

 Cewana - Girisa

1.Ata sedengira mantuk sang suralaga ringayun. Tucapa aji wiratan. Karyasa nagisi weka. Pinahajongira laywan sang putra mala piniwa. Pada litu hajenganwam. Lwir kandarpa pina telu.

2. Lalu laranira nasa sambat putranira pejah. Lakibi sira sumengkem ring putra luru kinusa. Ginamelira ginanti kang laywan lagi ginugah. Inutusira masabda kapwa ajara bibi aji.

 2. Nyiramang layon - Memandikan Jenazah.

 Bala - ugu.

 1.Bala ugu dina melah, manuju tanggal sasih. Pan Brayut panamaya. Asisig adyus akramas. Sinalinan wastra petak. Mamusti madayang batis. Sampun puput maprayoga, tan swe ngemasin-mati.

Kamis, 07 Maret 2013

PURA RATU PASEK

Pura Ratu Pasek. Pura ini terletak di sebelah timur Pura Penataran Agung. Ketika hendak sembahyang ke Pura Penataran Agung Besakih,bagi warga pasek terlebih dahulu melaksanakan persembahyangan di Pura Ratu Pasek. Di dalam pura ini terdapat beberapa buah bangunan pelinggih, stana pemujaan yaitu : 1. Meru Tumpang 7 ( atap bertingkat 7 ),ditujukan sebagai stana parhyangan Mpu Semeru. Beliau merupakan salah satu Putra dari (sugra pakulun) Bhatara Hyang Gnijaya yang berstana di Pura Lempuyang Luhur. Sementara saudara beliau yang lain seperti Mpu Ganha di Dasar Buana Gelgel. Mpu Gnijaya di Lempuyang Madya, Mpu Kuturan di Silayukti.sedangkan Mpu Beradah di Jawa ( Pura Tanjung Sari.). 2. Meru Tumpang 3 ( atap tingkat 3 ) ,ditujukan sebagai parhyangan pesimpangan Mpu Gnijaya ( beliau yang berstana di Lempuyang Madya). Piodalan atau puja wali di pura ini dilaksanakan setiap hari Purnamaning sasih Kawulu.Melihat dari bangunan meru yang dibangun, pura ini merupakan atau menjadi penyungsungan keturunan Mpu Semeru dan Mpu Gnijaya.

Minggu, 13 Januari 2013

Makna Gelang Tridatu

Gelang Tridatu terbuat dari tiga benang berwarna Merah,Hitam dan Putih. Gelang Tridatu bukanlah Jimat atau bendah bertuah lainnya tapi merupakan simbol dari Dewa Trimurti(Merah simbol Dewa Brahma, Hitam simbol Dewa Wisnu dan Putih adalah simbol Dewa Siwa). Jadi jika anda berpikir bahwa gelang tridatu adalah jimat itu sama sekali tidak benar.

Tridatu adalah simbol dari Hyang Widhi dengan manifestasinya sebagai Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Biasanya dibuat oleh sulinggih di Pura Dalem Ped, Nusa Penida untuk para pemedek yang tangkil ke pura tersebut. Selain sebagai lambang Tri Kona(Kelahiran, Hidup dan Kematian) dengan menggunakan tridatu diharapkan kita selalu ingat dengan kebesaran Tuhan sebagai maha pencipta, pemelihara dan pelebur.

Banten Pasupati dan Mantra Pasupati di Tumpek Landep

Pasupati (Pāśupatāstra) dalam kisah Mahabharata adalah panah sakti yang oleh Batara Guru dianugerahkan kepada Arjuna setelah berhasil dalam laku tapanya di Indrakila yang terjadi saat Pandawa menjalani hukuman buang selama dua belas tahun dalam hutan. Panah yang berujung bulan sabit ini pernah digunakan oleh Batara Guru saat menghancurkan Tripura, tiga kota kaum Asura yang selalu mengancam para dewa. Dengan panah ini pula Arjuna membinasakan Prabu Niwatakawaca. Dalam perang Bharatayuddha, Arjuna menggunakan panah ini untuk mengalahkan musuh-musuhnya, antara lain Jayadrata dan Karna yang dipenggal nya dengan panah ini.

Makna Pasupati

Upacara Pasupati bermakna pemujaan memohon berkah kepada Hyang Widhi (Sang Hyang Pasupati) untuk dapat menghidupkan dan memberikan kekuatan magis terhadap benda-benda tertentu yang akan dikeramatkan. Dalam kepercayaan umat Hindu (ajaran Sanatana Dharma ) di Bali, upacara Pasupati

Makna filosofis dalam menggunakan Bija atau mebija

Mawija atau mabija dilakukan setelah usai mathirta, yang merupakan rangkaian terakhir dan suatu upacara persembahyangan, kita akan dibagikan butiran-butiran beras yang kita tempelkan di kening dan di leher yang disebut bija. Bija atau disebut dengan wija adalah komponen penting yang terdapat pada canang. Suatu hal sesederhana memakai bija pun sesungguhnya memiliki makna yang luas dalam ajaran Veda. Bija pada umumnya adalah beras yang dicuci dengan air bersih lalu direndam dalam air cendana, kemudian diberi pewarna (biasanya menggunaka kunyit - Curcuma Domestica VAL) agar berwarna kuning maka disebutlah bija kuning
Dalam perkembangannya, terkadang bija hanya dibuat dengan beras yang dicuci dengan air bersih saja. Pemakaian bija dilakukan setelah menerima tirtha atau amertha pada akhir proses persembahyangan. Pada kenyataanya, setiap umat Hindu di Indonesia mempunyai cara sendiri alam menggunakan bija. Wija atau bija diusahakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah (aksata).