Wariga dan dewasa adalah dua
istilah yang paling umum diperhatikan oleh umat hindu khususnya di bali
bila ingin mencapai kesempurnaan dan keberhasilan. Kedua ilmu itu
merupakan salah satu cabang ilmu agama yang dihubungkan dengan ilmu astronomi atau “Jyotisa Sastra” sebagai salah satu wedangga. Walaupun kedua ilmu tersebut sebagai salah satu cabang ilmu weda,
namun pendalamannya tidak banyak diketahui kecuali untuk tujuan praktis
pegangan oleh para pendeta dalam memberikan petunjuk baik buruknya hari
dalam hubungannya untuk melakukan usaha agar supaya berhasil dengan
mengingat hari atau waktu dalam sistim sradha hindu yang dipengaruhi
oleh unsur kekuatan tertentu dan planet-planet itu.
Dalam lontar yang disebut “Keputusan Sunari” mengatakan bahwa kata wariga berasal dari dua kata, yaitu “wara” yang berarti puncak/istimewa dan “ga”
yang berarti terang. Sebagai penjelasan dikemukakan “….iki uttamaning
pati lawan urip, manemu marga wakasing apadadang, ike tegesing wariga”.
dari penjelasan ini jelas bahwa yang dimaksud dengan wariga adalah jalan
untuk mendapatkan ke’terang’an dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan
memperhatikan hidup matinya hari.
Disamping masalah itu, penentuan
hari baik berdasarkan perhitungan menurut wariga disebut padewasan
(dewasa). Jadi dewasa tidak lepas dari ilmu wariga dimana di dalam
wariga, urip hari telah terperinci secara baku. Ini harus dipegang
sebagai keyakinan kepercayaan. Dasarnya adalah percaya adan inilah
agama.
Kata “dewasa” terdiri
dari kata; “de” yang berarti dewa guru, “wa” yang berarti apadang/lapang
dan “sa” yang berarti ayu/baik. Dengan demikian jelas bahwa dewasa
adalah satu pegangan yang berhubungan dengan pemilihan hari yang tepat
agar semua jalan atau perbuatan itu lapang jalannya, baik akibatnya dan
tiada aral rintangan.
Masalah wariga dan dewasa
mencakup pengertian pemilihan hari dan saat yang baik, ada perlu
diperhatikan beberapa ketentuan yang menyangkut masalah “wewaran, wuku,
tanggal, sasih dan dauh” dimana kedudukan masing-masing waktu itu secara
relative mempunyai pengaruh .
didalilkan sebagai berikut:
- Wewaran dikalahkan oleh wuku
- Wuku dikalahkan oleh tanggal panglong
- Tanggal panglong dikalahkan oleh sasih
- Sasih dikalahkan oleh dauh
- Dauh dikalahkan oleh de Ning (keheningan hati).
Untuk dapat memahami hubungan kesemuanya itu perlu mempelajari arti wewaran dan hubungannya dengan alam ghaib.
Wuku
Disamping
perhitungan hari berdawarkan wara sistim kalender yang dipergunakan
dalam wariga dikenal pula perhitungan atas dasar wuku (buku) dimana satu
wuku memilihi umur tujuh hari, dimulai hari minggu (raditya/redite).
1 tahun kalender pawukon = 30 wuku, sehingga 1 tahun wuku = 30 x 7 hari = 210 hari.
Adapun nama-nama wukunya sebagai berikut;
Sita,
landep, ukir, kilantir, taulu, gumbreg, wariga, warigadean,
julungwangi, sungsang, dunggulan, kuningan, langkir, medangsia, pujut,
Pahang, krulut, merakih, tambir, medangkungan, matal, uye, menial,
prangbakat, bala, ugu, wayang, klawu, dukut dan watugunung.
Wewaran
Wewaran
berasal dari kata “wara” yang dapat diartikan sebagai hari, seperti
hari senin, selasa dll. Masa perputaran satu siklus tidak sama cara
menghimpunnya. Siklus ini dikenal misalnya dalam sistim kalender hindu
dengan istilah bilangan, sebagai berikut;
- Eka wara; luang (tunggal)
- Dwi wara; menga (terbuka), pepet (tertutup).
- Tri wara; pasah, beteng, kajeng.
- Catur wara; sri (makmur), laba (pemberian), jaya (unggul), menala (sekitar daerah).
- Panca wara; umanis (penggerak), paing (pencipta), pon (penguasa), wage (pemelihara), kliwon (pelebur).
- Sad wara; tungleh (tak kekal), aryang (kurus), urukung (punah), paniron (gemuk), was (kuat), maulu (membiak).
- Sapta wara; redite (minggu), soma (senin), Anggara (selasa), budha (rabu), wrihaspati (kamis), sukra (jumat), saniscara (sabtu). Jejepan; mina (ikan), Taru (kayu), sato (binatang), patra ( tumbuhan menjalar), wong (manusia), paksi (burung).
- Asta wara; sri (makmur), indra (indah), guru (tuntunan), yama (adil), ludra (pelebur), brahma (pencipta), kala (nilai), uma (pemelihara).
- Sanga wara; dangu (antara terang dan gelap), jangur (antara jadi dan batal), gigis (sederhana), nohan (gembira), ogan (bingung), erangan (dendam), urungan (batal), tulus (langsung/lancar), dadi (jadi).
- Dasa wara; pandita (bijaksana), pati (dinamis), suka (periang), duka (jiwa seni/mudah tersinggung), sri (kewanitaan), manuh (taat/menurut), manusa (sosial), eraja (kepemimpinan), dewa (berbudi luhur), raksasa (keras)
Disamping pembagian siklus yang
merupakan pembagian masa dengan nama-namanya, lebih jauh tiap wewaran
dianggap memiliki nilai yang dipergunakan untuk menentuk ukuran baik
buruknya suatu hari. Nilai itu disebut “urip” atau neptu yang bersifat tetap. Karena itu nilainya harus dihafalkan.
Tanggal dan Panglong
Selain
perhitungan wuku dan wewaran ada juga disebut dengan Penanggal dan
panglong. Masing masing siklusnya adalah 15 hari. Perhitungan penanggal
dimulai 1 hari setelah (H+1) hari Tilem (bulan Mati) dan panglong
dimulai 1 hari setelah (H+1) hari purnama (bulan penuh).
Sasih
Sasih
secara harafiahnya sama diartikan dengan bulan. Sama sepertinya
kalender internasional, sasih juga ada sebanyak 12 sasih selama setahun,
perhitungannya menggunakan “perhitungan Rasi” sesuai dengan tahun surya
(12 rasi = 365/366 hari) dimulai dari 21 maret. adapun pembagian sasih
tersebut adalah;
- Kedasa = Mesa = Maret – April.
- Jiyestha = Wresaba = April – Mei.
- Sadha = Mintuna = Mei – Juni.
- Kasa = Rekata = Juni– Juli.
- Karo = Singa = Juli –Agustus.
- Ketiga = Kania = Agustus – September.
- Kapat = Tula = September – Oktober.
- Kelima = Mercika = Oktober – November.
- Kenem = Danuh = November – Desember.
- Kepitu = Mekara = Desember – Januari.
- Kewulu = Kumba = Januari – Februari.
- Kesanga = MIna = Februari – Maret.
Dauh/dedauhan
Merupakan
pembagian waktu dalam satu hari. Sehingga dedauh ini berlaku 1 hari
atau satu hari dan satu malam. Berdasarkan dedauhan maka pergantian hari
secara hindu adalah mulai terbitnya matahari (5.30 WIB). Inti dauh ayu
adalah saringan dari pertemuan panca dawuh dengan asthadawuh, antara
lain;
- Redite = Siang; 7.00 – 7.54 dan 10.18 – 12.42, malam; 22.18 – 24.42 dan 3.06 - 4.00
- Coma = Siang; 7.54 – 10.18, malam; 24.42 – 3.06
- Anggara = Siang; 10.00 – 11.30 dan 13.00 – 15.06, malam; 19.54 – 22.00 dan 23.30 - 1.00
- Buda = Siang; 7.54 – 8.30 dan 11.30 – 12.42, malam; 22.18 – 23.30 dan 2.30 – 3.06
- Wraspati = Siang; 5.30 – 7.54 dan 12.42 – 14.30, malam; 20.30 – 22.18 dan 3.06 – 5.30
- Sukra = Siang; 8.30 – 10.18 dan 16.00 – 17.30, malam; 17.30 – 19.00 dan 24.42 – 2.30
- Saniscara = Siang; 11.30 – 12.42, malam; 22.18 – 23.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar