Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Resi "Pasek Dukuh Bunga Asahduren": Berkarya dengan Karma Kita

Minggu, 03 Juni 2012

Berkarya dengan Karma Kita

Kita, pecinta kehidupan rohani, dalam hati mungkin pernah bertanya, “Kenapa Brahman memberi kita karma untuk dilalui?” Dapatkah Dia membuat kita sempurna sejak awal dan menghindarkan kita dari semua yang menyakitkan?” Para arif bijaksana senantiasa memberi wejangan, “Terimalah karmamu sebagai milikmu, sebagai obat penyembuh, bukan sebagai racun.” Seraya kita melewati pengalaman kreasi kita sendiri dalam kehidupan sehari-hari dan benih-benih karma bangkit, sebagai aksi-aksi kita kembali melalui perasaan kita, usahakan tuntas di dalam kehidupan sekarang ini, tidak dalam kehidupan masa depan, melepaskan dengan menerima apa adanya setiap dan semua pengalaman sehingga tidak terpengaruh lagi dan menciptakan putaran baru, terbebas dari belenggu samsara. Terimalah karma kita apa adanya, apakah itu karma gembira, karma sedih, karma yang tidak menyenangkan, tidak mengenakkan, yang menyedihkan, miskin, sengsara, atau karma yang sangat menyenangkan, yang sangat menggembirakan, bergelimang harta, hidup makmur, terimalah itu sebagai karma kita. Tetapi itu bukan kita, bukan kita yang sebenarnya, bukan kita yang sejati. Semua pengalaman yang kita lewati diberikan agar supaya kita bisa berkembang, supaya tumbuh, belajar dan akhirnya mencapai kebijaksanaan. Itu semua adalah karya misterius dari Brahman, cara Dia mendekati umat pecinta kehidupan rohani, cara Dia membawa kita mendekat dan semakin dekat kepada diri-Nya.

Para rishi Weda menerangkan bahwa Brahman menciptakan badan fisik untuk jiwa, menyerap ke seluruh bagian tubuh itu dengan keberadaan-Nya, esensi dari Brahman. Semua jiwa berkembang untuk kembali pada kesucian-Nya, dan ada banyak pelajaran untuk dipelajari sepanjang perjalanan karma-karma yang harus dilalui. Semua pelajaran yang dipelajari dari karma masing-masing adalah bagian dari proses evolusi, mekanisme evolusi, piranti evolusi. Kenapa Brahman melakukan semua ini? Para rishi tidak memberikan alasannya. Mereka menyebut ini tarian Brahman. Itulah sebabnya kenapa kita memuja Brahman, salah satunya disimbolkan sebagai Nataraja, Brahman Sang Maha Raja Tari. Ya, Nataraja, tarian Brahman, lila Brahman. Tarian yang penuh dengan kegembiraan. Tarian yang penuh dengan kehidupan. Brahman adalah semua kehidupan, Brahman adalah penguasa kehidupan, Brahman adalah penguasa kematian untuk memberikan kehidupan yang baru, Brahman adalah pencipta kelahiran untuk melewati kehidupan. Dia adalah semua kehidupan dan Dia adalah segalanya. Dia menari dengan para rishi. Dia menari untuk kita. Kita menari bersama Brahman. Setiap atom di ruang alam semesta ini menarikan tarian-Nya. Dia adalah setiap bagian dari diri kita. Dengan melihat-Nya, kita melihat diri kita sendiri. Dengan mendekatkan diri kepada Brahman, kita akan semakin dekat dengan diri kita sendiri, diri sejati kita. Ada satu pernyataan besar yang dinyatakan oleh seorang siddhaguru, bahwa hanya ada satu hal yang tidak bisa dilakukan Brahman: Dia tidak bisa memisahkan diri-Nya dari kita, karena Dia meresap di dalam diri kita. Dia adalah kita. Dia menciptakan jiwa, Weda memberitahu kita. Brahman menciptakan jiwa kita, dan jiwa kita berkembang, semakin dewasa melalui karma, melalui hidup, dalam perjalanannya menuju kesucian-Nya. Itu adalah tujuan dari hidup, untuk mengenal Brahman, untuk mencintai Brahman dan untuk menemukan keesaan-Nya, untuk menari bersama Brahman, hidup bersama Brahman dan manunggal dengan Brahman. Inilah yang diajarkan dan diyakini oleh agama tertua di atas Bumi, Agama Weda, Sanatana Dharma, Hindu.
Brahman adalah Tuhan dari kasih dan tiada lain selain kasih. Dia memenuhi alam semesta ini dengan kasih. Dia memenuhi kita dengan kasih. Brahman adalah pertiwi. Brahman adalah air. Brahman adalah api. Brahman adalah udara. Brahman adalah ether. Energi kosmis Brahman meresap dalam segala hal, memberikan cahaya dan hidup untuk pikiran kita. Brahman ada di mana-mana dan dalam segala hal. Brahman adalah kesederhanaan kita, tiada kekhawatiran, yang senantiasa memperhatikan dan menuntun pikiran kita sepanjang tahun. Lihatlah Brahman di mana-mana dan energi hidup-Nya di dalam segala hal. Awalnya kita menari bersama Brahman. Kemudian kita hidup bersama Brahman. Akhir dari perjalanan adalah manunggal dengan Brahman, menyadari keesaan Atman dengan Brahman. Brahman Atman Aikyam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar