Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Resi "Pasek Dukuh Bunga Asahduren": Mereka yang Dapat Disebut Bhakta

Minggu, 03 Juni 2012

Mereka yang Dapat Disebut Bhakta


advesa sarva bhuutanam
maitrah karuna eva ca
nirmamo nirhamkarah
sama duhkha sukhah ksami

(Bhagawad Gita XII.13)
Maksudnya: Dia yang tidak membenci semua makhluk, selalu bersahabat, memancarkan cinta kasih, tidak serakah, tidak egois, seimbang dalam keadaan duka dan suka serta pemaaf. Dialah dapat disebut bhakta.


Orang yang berbhakti pada Tuhan disebut bhakta. Orang yang layak dapat disebut penyembah Tuhan yang disebut bhakta itu dinyatakan dalam pustaka suci Bhagawad Gita XII sloka 13 dan 14. Dalam Bhagawad Gita tersebut penyembah Tuhan yang baik disebut bhakta. Istilah bhakta ini dinyatakan dalam Bhagawad Gita XII. 14 baris ke 4: yo mad bhaktah sa me priyah. Artinya, ia sesungguhnya bhakta-Ku yang terkasih. Mereka yang disebut bhakta itu adalah yang samtusta atau selalu puas secara rohani mensyukuri kenyataan hasil kerja yang dilakukan. Puas rohani itu berpikir positif tidak mudah kecewa dan mengeluh, tetapi selalu berusaha meningkatkan keadaan ke arah yang semakin baik. Selanjutnya ikhlas menerima kenyataan yang dihadapinya. Satatam artinya selalu teguh dalam meditasi. Yogi artinya terus barusaha mengamalkan ajaran yoga. Yata Atman artinya menguasai diri dengan kesucian Atman. Drdha niscaya selalu kuat memegang keyakinannya. Mayyarpita mano buddhi artinya pikiran dan kesadaran buddhinya selalu tertambat pada Tuhan. Mereka yang demikian itulah dapat disebut bhakta atau penyembah Tuhan. Sebelumnya pada sloka 13 dinyatakan adanya tujuh hal yang menyatakan seseorang dapat disebut bhakta yaitu:
Advesa sarva bhuutanam. Artinya tidak membenci semua makhluk. Maksudnya menjaga kemurnian eksistensi unsur-unsur yang membentuk alam dengan segala isinya. Unsur alam itu seperti tanah, air, udara, api dan akasa serta semua makhluk hidup yang ada. Dewasa ini unsur-unsur alam tersebut sudah banyak yang tercemar. Hal itulah yang menyebabkan kualitas dan kuantitas lingkungan hidup semakin menurun kemampuannya mendukung kehidupan semua makhluk terutama manusia. Hal ini menyebabkan gangguan hidup karena merosotnya kualitas lingkungan semakin mengkhawatirkan. Seyogianya kegiatan untuk melestarikan kualitas dan kuantitas lingkungan alam itu yang lebih diutamakan dalam mengamalkan ajaran agama. Kurangi kegiatan ritual yang berhura-hura, boros sumber daya alam, boros dana, waktu dan boros tenaga.
Maitrah artinya selalu membangun sikap bersahabat. Tema Kerajaan Majapahit adalah Mitreka Satata artinya selalu mengembangkan upaya persahabatan baik di dalam kerajaan maupun keluar kerajaan. Membangun kebersamaan yang bersahabat dengan konsep beragama zaman Kali. Swami Satya Narayana menyatakan pada zaman Kali hendaknya serius melihat kekurangan diri dan remehkan kelebihan diri sendiri. Sebaliknya serius melihat kelebihan orang lain remehkan kekuranganya. Dengan serius melihat kekurangan diri dapat menimbulkan tranformasi ke dalam diri menuju yang semakin baik. Dengan serius melihat kelebihan orang lain dan serius melihat kekurangan diri sendiri, maka kita akan manjadi sumber inspirasi orang lain. Orang yang terinspirasi itu akan mengubah sendiri kekurangan dan kelemahannya. Persahabatan yang demikian itu akan berkembang secara mandiri. Bukan persahabatan atas arahan pihak ketiga atau mereka yang berkuasa. Seperti perangko nempel di amplop, bukan seperti bersatunya lidi karena diikat oleh tali. Kalau lepas talinya maka lidi itu pun akan berantakan.
Karuna artinya welas asih. Rasa welas asih akan tumbuh dalam diri apabila aspek kemanusiaan atau humanity yang dominan dalam diri. Manusia terdiri atas vegetatif aspek, animal aspek, human aspek dan religius aspek. Vegetatif aspek adalah badan jasmani. Animal aspek membentuk hawa nafsu. Human aspek membentuk kebijaksanaan dan religius aspek membangun daya spiritualas. Welas asih akan berkembang dalam diri apabila religiuas aspek menjadi sumber pengembangan human aspek. Dengan demikian animal aspek atau hawa nafsu dan badan jasmani menjadi alat mewujudkan rasa welas asih itu. Karena hakikat religiusitas dan humanity itu adalah welas asih itu sendiri. Dengan welas asih itu akan terbangun kebersamaan yang benar-benar bersahabat. Bukan persaudaraan tanpa sahabat.
Nirmama artinya bebas dari keserakahan atau loba. Manawa Dharmasastra VII.49 menyatakan lobha itu sumber semua kejahatan. Serakah itu adalah mengambil lebih banyak dari haknya. Hak itu timbul karena melakukan kewajiban dengan benar. Mereka yang disebut bhakta tidak memiliki sifat serakah seperti itu.
Nirahamkara artinya tidak egois. Sifat egois itu adalah sifat yang selalu merasa lebih penting dan lebih utama dari yang lain. Sifat yang ekslusif atau wiswawara itu meletakkan pihak lain lebih rendah dari dirinya. Seorang bhakta tidak memiliki sifat seperti itu. Bhakta itu mereka yang selalu memiliki sikap yang integratif dengan isi alam ini atau Swamitra. Seorang bhakta selalu bersikap egality atau mendudukkan pihak lain setara. Fraternity memandang pihak lain sebagai sahabat dan liberty selalu menghormati kemerdekaan siapa saja dalam mengembangkan fungsi dan profesinya. Seorang bhakta tidak pernah mengeluh atas eksistensi pihak lain.
Sama duhkha sukha artinya seimbang dalam suka dan duka. Suka dan duka itu diyakini sebagai karunia Tuhan. Tidak mungkin kita kena duka kalau tidak pernah berbuat membuat orang lain duka sebelumnya. Suka dan duka itu adalah buah perbuatan kita sendiri. Tuhan pasti melindungi kita dari duka kalau memang kita tidak sepantasnya menerima duka.
Ksami artinya menjadilah seorang pemaaf. Kalau ada pihak yang berbuat tidak baik pada diri kita itu artinya pihak lain telah mengambil beban dosa kita. Kalau kita balas dengan perbuatan tidak baik artinya kita mengambil dosa kita kembali. Kalau kita maafkan artinya kita tidak ada beban lagi atas perbuatan tidak baik itu. Reaksi positif akan muncul dalam diri kita kalau kita jadi seorang pemaaf.
Sumber : Bali Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar