Kita, pecinta kehidupan rohani, dalam hati mungkin pernah bertanya,
“Kenapa Brahman memberi kita karma untuk dilalui?” Dapatkah Dia membuat
kita sempurna sejak awal dan menghindarkan kita dari semua yang
menyakitkan?” Para arif bijaksana senantiasa memberi wejangan,
“Terimalah karmamu sebagai milikmu, sebagai obat penyembuh, bukan
sebagai racun.” Seraya kita melewati pengalaman kreasi kita sendiri
dalam kehidupan sehari-hari dan benih-benih karma bangkit, sebagai
aksi-aksi kita kembali melalui perasaan kita, usahakan tuntas di dalam
kehidupan sekarang ini, tidak dalam kehidupan masa depan, melepaskan
dengan menerima apa adanya setiap dan semua pengalaman sehingga tidak
terpengaruh lagi dan menciptakan putaran baru, terbebas dari belenggu
samsara. Terimalah karma kita apa adanya, apakah itu karma gembira,
karma sedih, karma yang tidak menyenangkan, tidak mengenakkan, yang
menyedihkan, miskin, sengsara, atau karma yang sangat menyenangkan,
yang sangat menggembirakan, bergelimang harta, hidup makmur, terimalah
itu sebagai karma kita. Tetapi itu bukan kita, bukan kita yang
sebenarnya, bukan kita yang sejati. Semua pengalaman yang kita lewati
diberikan agar supaya kita bisa berkembang, supaya tumbuh, belajar dan
akhirnya mencapai kebijaksanaan. Itu semua adalah karya misterius dari
Brahman, cara Dia mendekati umat pecinta kehidupan rohani, cara Dia
membawa kita mendekat dan semakin dekat kepada diri-Nya.
Para rishi Weda menerangkan bahwa Brahman menciptakan badan fisik
untuk jiwa, menyerap ke seluruh bagian tubuh itu dengan keberadaan-Nya,
esensi dari Brahman. Semua jiwa berkembang untuk kembali pada
kesucian-Nya, dan ada banyak pelajaran untuk dipelajari sepanjang
perjalanan karma-karma yang harus dilalui. Semua pelajaran yang
dipelajari dari karma masing-masing adalah bagian dari proses evolusi,
mekanisme evolusi, piranti evolusi. Kenapa Brahman melakukan semua ini?
Para rishi tidak memberikan alasannya. Mereka menyebut ini tarian
Brahman. Itulah sebabnya kenapa kita memuja Brahman, salah satunya
disimbolkan sebagai Nataraja, Brahman Sang Maha Raja Tari. Ya,
Nataraja, tarian Brahman, lila Brahman. Tarian yang penuh dengan
kegembiraan. Tarian yang penuh dengan kehidupan. Brahman adalah semua
kehidupan, Brahman adalah penguasa kehidupan, Brahman adalah penguasa
kematian untuk memberikan kehidupan yang baru, Brahman adalah pencipta
kelahiran untuk melewati kehidupan. Dia adalah semua kehidupan dan Dia
adalah segalanya. Dia menari dengan para rishi. Dia menari untuk kita.
Kita menari bersama Brahman. Setiap atom di ruang alam semesta ini
menarikan tarian-Nya. Dia adalah setiap bagian dari diri kita. Dengan
melihat-Nya, kita melihat diri kita sendiri. Dengan mendekatkan diri
kepada Brahman, kita akan semakin dekat dengan diri kita sendiri, diri
sejati kita. Ada satu pernyataan besar yang dinyatakan oleh seorang
siddhaguru, bahwa hanya ada satu hal yang tidak bisa dilakukan Brahman:
Dia tidak bisa memisahkan diri-Nya dari kita, karena Dia meresap di
dalam diri kita. Dia adalah kita. Dia menciptakan jiwa, Weda
memberitahu kita. Brahman menciptakan jiwa kita, dan jiwa kita
berkembang, semakin dewasa melalui karma, melalui hidup, dalam
perjalanannya menuju kesucian-Nya. Itu adalah tujuan dari hidup, untuk
mengenal Brahman, untuk mencintai Brahman dan untuk menemukan
keesaan-Nya, untuk menari bersama Brahman, hidup bersama Brahman dan
manunggal dengan Brahman. Inilah yang diajarkan dan diyakini oleh agama
tertua di atas Bumi, Agama Weda, Sanatana Dharma, Hindu.
Brahman adalah Tuhan dari kasih dan tiada lain selain kasih. Dia
memenuhi alam semesta ini dengan kasih. Dia memenuhi kita dengan kasih.
Brahman adalah pertiwi. Brahman adalah air. Brahman adalah api. Brahman
adalah udara. Brahman adalah ether. Energi kosmis Brahman meresap dalam
segala hal, memberikan cahaya dan hidup untuk pikiran kita. Brahman ada
di mana-mana dan dalam segala hal. Brahman adalah kesederhanaan kita,
tiada kekhawatiran, yang senantiasa memperhatikan dan menuntun pikiran
kita sepanjang tahun. Lihatlah Brahman di mana-mana dan energi
hidup-Nya di dalam segala hal. Awalnya kita menari bersama Brahman.
Kemudian kita hidup bersama Brahman. Akhir dari perjalanan adalah
manunggal dengan Brahman, menyadari keesaan Atman dengan Brahman.
Brahman Atman Aikyam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar